WELCOME TO MY ACCOUNT
My Life, My Words, My Adventure: The Day When I Tought Love
RSS

The Day When I Tought Love

Malam ini malam senin, seperti biasa aku 'bercumbu' dengan barang elektronik kesayanganku (sebut saja si merah) mencari-cari bahan tutorial -niatnya,, tapi ujung ujungnya facebook & twitter-. Jam 09.00 WITA, ayah (biasa ya,,, bahasanya agak pribumi sopan-sopan gitu...) pergi untuk main olahraga kegemaran beliau, badminton. Jam 10.00 WITA sepeda motor ayah sudah terdengar samar-samar menuju rumah. Ada apa gerangan??. biasanya ayah kalau udah main badminton, tengah malam baru pulang. "akh, paling kangen rumah. kan aku ngangenin" ( *huekkss ) pikirku dalam hati saat ayah membuka pintu rumah
Sayup-sayup & kurang jelas ku dengar suara ibu sedikit berteriak. Aku yang sedang "enjoy to moment" sama si merah sontak terkejut, dan langsung bangkit menuju sumber suara ibu.

"itu, ayahmu katanya dadanya sakit, coba kamu tensi" ucap ibu.
Ayah memang punya darah tinggi alias hipertensi, dan aku memang kuliah di bidang medis, jadi masalah tensi-tensi darah dipercayakan padaku. Nah, kali aja ini darah tngginya ayah kumat. Wajar saja, tekanan darahnya tinggi, (ga usah disebutkan ya).
"dada yang mana yang sakit, yah?" tanyaku.
"sini (menunjukkan dada sebelah kiri)". 
"wah, itu jantung tu yah. bawa ke rumah sakit ya?" ajakku.
Beliau diam saja, sambil ngusap-ngusap dada yang sakit..
deal,, akhirnya aku dan ibu ngatar ayah menuju ke rumah sakit, dan Alhamudullillah *sungguh besar karunia Allah* rumah sakit tidak jauh dari rumahku.

Benar saja seletah dilakukan pemeriksaan dsb oleh dokter jaga di rumah sakit anshari saleh, sakit yang dirasakan ayah memang berasal dari jantung. dokter menyarankan ayah untuk dirawat inap di rumah sakit, di ICU untuk memonitor jantung beiliau. Akhirnya setuju dokter merujuk ayah ke dokter sp Bedah di rumah sakit bhayangkara, tapi aku tidak ikut mengantar ke sana, hanya ibu yang mengantar ayah ke rs bahayangkara. ya Allah, kenapa secepat ini?. pikiranku tidak keruan, segala hal-hal yang mungkin bisa terjadi pada ayah langsung menumpuk jadi satu dalam pikiranku. ayah memang orang yang tampak kuat, gagah, pekerja keras, sehat, tapi kenapa pas sudah sakit langsung masuk ICU. timbul dibenakku, kalau orang yang masuk ICU tidak bisa diselamatkan lagi, aku pernah melihat seseorang di ICU, pamanku sendiri, beliau tidak sadarkan diri saat aku menjenguknya, ketika aku pulang, tak lama setelah sampai dirumah, ada kabar bahwa pamanku yang di ICU meninggal dunia. aku takut itu terjadi pada ayah,,, naudzubilllah.. 

Keesokan harinya setelah kuliah, aku langung menuju rumah sakit bhayangkara untuk melihat keadaan ayah. Aku masuk ruang ICU, ayah sedang tidur, ibu tidak ada disana. Ku duduk disamping ayah, sambil ku perhatikan alat pendeteksi jantung berupa layar  yang ada disamping tempat tidur... Aku penasaran apa maksudnyaa alat ini, aku tak mengerti sama sekali... seandainya ada anak kedokteran umum disini, sudah ku serang dengan berbagai pertanyaan tentang alat ini, tapi aku tetap tidak menyesal masuk kedokteran gigi *sudahlah lupakan

Ibu datang dan masuk ke dalam, mungkin habis membeli makanan. Ibu bulang kalau Ayah tidak boleh makan-makanan yang berminyak, bermentega dan sebangsanya. jadi makanan ayah di rumah sakit hanya ayam atau ikan yang di olah tanpa minyak (di stim, di kukus). 



--------------------------------------------------------------------------------------------------


Keesokan harinya, ayah tidak lagi di ICU dan dipindah ke ruangan inap, hatiku yang *yang ku rasa mulai menangis* kembali menmukan secerah harapan -ehem- dengan suka gembira riang aku sempatkan waktu tenggang setelah kuliah untuk melihat keadaan ayah, ayah kembali humoris seperti biasa, ada teman sekantor ayah yang datang menjenguk, kamar rumah sakit menjadi seperti panggung OVJ, aku pun tidak dapat menahan tawa.. ..

Bokap guee.:)
Keesokan harinya -lagi- ayah diperbolehkan pulang,,, dengan syarat harus minum obat, kontrol ke rmh sakit rutin, hindari olahraga berat... Alhamdulillah


------------------------------------------------------------------------------------------------------

Terimakasih ya Allah, Kau berikan kesembuhan untuk ayah, sehingga beliau bisa beraktivitas lagi.
Hamba merasa masih berutang pada ayah, ya Allah, panjangkanlah umur ayah. hamba ingin beliau melihat hamba di wisuda dan berfoto bersama beliau,,,,
Ya Allah semoga dengan kejadian ini dapat menjadi pelajaran untukku, ibu, dan khususnya ayah sendiri.. Amiin
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Well,, dari pengalaman ini semua, aku akan terus berusaha untuk menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Aku mungkin tidak -dan tidak akan pernah- sanggup jika seperti teman-temanku yang ditinggalkan oleh ayah/ibu mereka disaat mereka sebaya denganku. 
Aku mungkin bukan orang yang dapat dengan mudah mengungkapkan perasaanku,  meskipun itu hanya perasaan sayang kepada  orang tuaku, sahabat-sahabatku, saudaraku. Kini yang aku tau, aku peduli pada mereka.... Aku sayang mereka khusunya kedua orang tuaku....





0 komentar:

Posting Komentar